Saya seorang ibu muda berusia 26 Tahun yang memiliki satu anak. Kebetulan saya dan suami bekerja semua. Usia saya dan suami terpaut jauh, sehingga ketika saya mencoba berbicara dengan suami mengenai masalah anak, keuangan, pekerjaan atau masalah lainnya tidak begitu direspon dan cenderung disepelekan. Suami selalu mengabaikan ketika saya ajak berbicara, suami diam kemudian pergi meninggalkan rumah dan pulang larut malam. Kebiasaan suami saya suka berutang sana-sini di bank, tetangga, teman kerja dan saudara, sebenarnya saya malu karena setiap bertemu orang yang dihutangi oleh suami selalu ditagih untuk membayar dan saya mau tidak mau harus membayar. Sehingga, uang untuk makan sehari-hari dan kebutuhan anak terpotong untuk membayar hutang suami saya. Sejak saya mulai bekerja, suami tidak pernah memberi nafkah sama sekali, uang dari hasilnya bekerja tidak tahu untuk apa karena setiap ditanya dan diajak berbicara baik-baik selalu menghindar. Ketika saya meminta uang ke suami untuk membeli keperluan anak, seperti susu, baju, jajan dan peralatan sekolah selalu berkata tidak mempunyai uang, setiap saya tanya kemana uangnya pun tidak pernah dijawab dan hutang yang selama ini dia pinjam saya bingung untuk keperluan apa karena saya pun tidak diberi nafkah, suami juga bekerja tetapi masih meminjam sana sini. Sebenarnya suami tidak setuju jika saya bekerja, menurutnya istri seharusnya di rumah saja. Tapi jika tidak ikut bekerja, saya dan keluarga tidak bisa makan, saya harus bagaimana?

 

Tanggapan Kak Tesa:

Terima kasih atas kesediaan ibu untuk bercerita pada TeSAGa. Membantu keuangan keluarga dengan ikut bekerja, hal itu membuat Ibu sangat luar biasa. Namun yang perlu ibu perhatikan adalah komunikasi ibu dengan suami yang perlu diperbaiki dahulu sebelum menyelesaikan masalah ekonomi rumah tangga ibu. Terkadang, jarak usia memang menjadi salah satu hambatan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, ibu bisa mencoba meluangkan waktu setiap harinya untuk mengobrol dengan suami. Agar suami bisa lebih tertarik dengan pembicaraan ibu, ibu dapat memulai dengan topik-topik yang disukai suami ibu. Ketika mengobrol usahakan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan hangat, ibu dapat menatap ke arah mata suami ibu agar suami ibu tahu bahwa ia mendapatkan perhatian penuh dari ibu. Ibu bisa melakukan obrolan seperti ini secara rutin untuk membantu meningkatkan hubungan dengan suami ibu. Ketika suami ibu sudah lebih terbuka, ibu dapat mengajak diskusi yang lebih serius terkait masalah ekonomi. Ajak suami ibu untuk diskusikan berapa penghasilan yang suami ibu dan ibu dapatkan setiap bulan, berapa dan apa saja pengeluaran rumah tangga setiap bulannya. Ibu dapat mengajak suami ibu untuk membuat rencana keuangan tiap bulannya, termasuk bagaimana mengatasi permasalahan hutang yang dilakukan oleh suami ibu. Dengan diskusi tentang keuangan bersama suami, ibu dan suami dapat menetapkan pedoman pengeluaran yang akan membantu mengurangi konflik rumah tangga ibu. Selain itu, ibu juga dapat menyampaikan pada suami jika istri juga memiliki hak untuk ikut membantu bekerja, begitu pula dengan suami ibu juga perlu diberi pemahaman bahwa pekerjaan rumah tangga bukan semata-mata tugas istri saja. Hal ini juga perlu didiskusikan bersama suami ibu terkait peran ibu dan suami dalam mengatur keluarga. Dengan membangun komunikasi dan diskusi, semoga permasalahan yang sedang keluarga ibu alami dapat segera terselesaikan.