“Perempuan- perempuan  tangguh, untuk negara  yang  utuh.  Perempuan gigih untuk negara berkembang semakin pesat lagi. Perempuan yang  memiliki pendidikan  tinggi, bersinergi bersama untuk negara yang lebih maju.”

“Perempuan gak usah sekolah tinggi–tinggi ujung-ujungnya hanya akan di dapur". Masihkah mendengar perspektif tersebut?  Padahal, pendidikan tinggi juga berhak didapatkan oleh perempuan. Jabatan, kehormataan, kedudukan yang sama dengan laki-laki juga berhak didapatkan perempuan bukan? Ibu Kartini, ibu emansipasi yang telah berusaha agar para perempuan tidak didiskriminasi. Namun hingga kini perspektif perempuan 3M (Masak, Macak, dan Manak) masih mendominasi dikalangan masyarakat, terutama di desa yang masih mengagungkan adat istiadat. Ini adalah sebuah problematika yang harus diatasi.

 Melansir dari dukcapil.kemendagri.go.id, distribusi penduduk di Indonesia per Juni 2021. Bedasarkan data administrasi kependudukan per Juni 2021, jumlah penduduk indonesia yaitu  sebanyak 272.229.372  jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 137.521.557 jiwa dan juga penduduk perempuan 134.707.815 jiwa. Terpaut 3 juta jiwa saja dengan jumlah laki-laki di Indonesia. Jumlah perempuan yang memang cukup besar tetapi masih diimbangi dengan perspektif bahwa “Perempuan itu tidak usah sekolah tinggi, ujung ujungnya berada didapur, perempuan dirumah saja, tugas perempuan itu hanya 3M ( macak, masak, manak).” Dapat mengakibat hilangnya peluang, pasalnya para perempuan juga dapat berkontribusi. Namun akibat stereotip tersebut menjadikan menipisnya kesempatan yang diperoleh para perempuan.

Perempuan juga berhak mengenyam pendidikan tinggi hingga menjadi Sarjana, perempuan juga berhak memiliki profesi yang sama dengan laki-laki. Stereotip mengenai perempuan untuk apa sekolah tinggi, perlu dihilangkan secara perlahan. Sebab dengan tingginya pendidikan yang dicapai perempuan akan memunculkan perempuan-perempuan tangguh yang siap membantu membangun negara agar lebih
maju. Tidak hanya itu, dengan pendidikan yang tinggi,  kekerasan pada perempuan juga akan berkurang sehingga berita berita mengenai pelecehan seksual, pemerkosaan juga akan berkurang.  Pendidikan tinggi adalah salah satu upaya pemberdayaan perempuan. Perempuan juga akan  menjadi terpandang , tidak hanya sebelah mata saja.

Bukti bahwa perempuan juga bisa berpendidikan tinggi, memiliki masa depan yang lebih baik adalah Prilly Latuconsina, yang cukup menggempar media sosial karena prilly berhasil meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi dari London School of Public Relations (LSPR), tidak hanya itu Prilly juga mendapat predikat Best of The Best Graduation atau lulusan terbaik. Siapa yang tidak mengenal Prilly Latuconsina? seorang presenter, model, juga aktris yang telah membintangi  sinetron hingga  film layar lebar, dan menjadi produser dari film Kukira Kau rumah yang disutradai oleh temannya, Umay Shahab yang rilis pada taggal 28 November 2021.  Tidak hanya Prilly Latuconsina, ada juga Maudy Ayunda yang meraih dua gelar di universitas ternama dunia, Stanford University. Ini tentu saja menjadi pemicu semangat kaum wanita di Indonesia untuk  memiliki pendidikan tinggi dan karir yang mapan. Perempuan indonesia tidak hanya akan didapur saja, melainkan akan memiliki  profesi-profesi yang turut memenuhi tujuan bangsa pada Undang Undang Dasar 1945.  Perempuan dengan pendidikan Tinggi Juga menghasilkan generasi generasi muda yang lebih cerdas, tentunya.

 

Surat Kecil Untukmu

Wahai teman temanku, Sebagai agen of change kita harus dapat menepiskan stereotip dan juga perspektif bahwa perempuan dengan pendidikan tinggi tidak berguna, dimalai dari aku, dan kamu maka kita akan membuktikan stereotip itu tidaklah benar, perempuan dapat berkarir dan juga membangun keluarga. Para perempuan dapat bekerja bersama dengan laki-laki. Pemberdayaan perempuan harus digencarkan sebab perempuan yang diberdaya akan menjadi sosok tangguh membangun negara  untuk lebih maju.

Perempuan berkarya, Indonesia Jaya.


Karya Tulis : Adinda Yasin